Kasus BLBI; ibarat rugi jual bawang untung jual terasi
Posted Juni 29, 2008
on:- Di: Opini
- 2 Comments
Logika dagang adalah untung rugi, kalau jual terasi untung 10 dolar lantas kemudian jualan bawang rugi 2 dolar, kan masih ada untung 8 dolar. Tetapi dengan menjual rugi bawang dapat kesempatan memperluas jaringan bisnis maka rugi jualan bawang, anggap promosilaaah. Jadi gak ada ruginye…nothing to lose….
Nah jika kasus BLBI terus to be continued dapat komentar negatif tak berkesudahan dari berbagai kalangan maka hal ini sangat merusak reputasi bisnis. Apalagi jika sebagai tokoh yang dikenal sebagai konglomerat. Bagi konglomerat kampung apalagi konglomerat internasional ihwal reputasi ini sangat sensitif yang harus diupayakan agar selalu jaim.
Aktualnya adalah utang sama bunganya harus tetap terbayar, entah bagaimana caranya, mlintar mlintir jungkir balik yang penting utang lunas. Selanjutnya utang lagi dan orang mau kasih…itulah pentingnya jaim.
Tapi jika soal BLBI yang merusak reputasi karena menjadi bulan bulanan opini publik meningkat menjadi bulan bulanan black mailer, maka formula ”untung rugi” mungkin saja diaplikasikan. Hitungannya bagaiamana?
Nama Proyek : Utang BLBI
Posisi Normatif :
· Utang telah dilunasi dengan tingkat keberesan tidak ada unsur kerugian negara berdasarkan hasil auditor.
Posisi Aktual :
· Imej tidak dapat terjaga dan menghasilkan reputasi buruk karena opini publik yang terus berkembang biak bahwa masalah BLBI adalah kasus yang belum beres, sehingga biaya jaim akan sangat besar.
· Kemungkinan berkembang lanjut terjadinya black mailing.
· Proses penyelesaian melalui sidang pengadilan yang tidak dapat diyakini hasilnya, menguntungkan atau merugikan.
Lalu apa saja pilihannya?
1. Mengkonter seluruh pernyataan negatif untuk membalikan opini publik.
2. Mempengaruhi atau bahkan intervensi pengadilan dengan kekuatan politik.
3. Pasrah pada upaya hukum melalui advokasi.
4. Ngasih makan alias suap.
Lalu kemungkinannya bagaimana? Untuk poin satu dan dua, tidak masuk hitungan..tidak mungkin dilakukan. Untuk poin tiga, rasanya sudah dilakukan tetapi hasilnya tidak jelas juga karena opini sudah berkembang biak sedemikian rupa jeleknya kasus BLBI ini, Jadi gak ngeh lah.
Lalu bagaiman dengan kemungkinan poin empat? Bagaiman kalau sudah dikasih makan malah nantinya keterusan minta disuapin terus?…welehweleh.
Semuanya serba gak mungkin karena semuanya akan berujung pada reputasi yang amburadul. Gitu hitungannya.
Tetapi bagaiman kalau formula ”untung rugi” diaplikasikan pada kasus ini. Caranya? Caranya adalah menempuh langkah kooperatif atau dengan bahasa keren ; ikut serta dalam upaya mewujudkan clean governemnt melalui penegakan hukum. Artinya lebih baik bekerjasama…..
Masa seeh…ho..oh, tapi coba simak kutipan pernyataan Jaksa Agung yang disiarkan oleh Suara Karya Online.
Hendarman mengaku “kapok” dengan adanya kejadian itu. “Saya menginginkan Kejaksaan Agung itu bersih untuk tegaknya keadilan,” katanya.
Hendarman juga meluruskan kata skenario (penangkapan terhadap Ayin) dengan kata “rencana”.
Ia mengaku mendapat laporan dari Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar mengenai adanya jaksa yang ditangkap. Hendarman kemudian mendapat laporan dari Jamintel Wisnu Subroto yang menyatakan penyuapnya belum ditangkap. “Otak saya sebagai jaksa curiga, apa penyuapan ini rekayasa oleh KPK, masa penyuapnya tidak ditangkap,” katanya.
Kejagung, kata Hendarman, tidak akan ikut campur soal penangkapan Ayin karena memang kewenangan KPK. Tapi ia merasakan ada suatu kejanggalan. “Setelah KPK menangkap Ayin, kecurigaan tidak ada lagi. Jadi plong saya,” katanya.
Sementara itu, saat menjadi saksi untuk terdakwa perkara suap, Artalyta Suryani, mantan Jampidsus Kemas Yahya Rahman dicecar majelis hakim seputar pembicaraannya dengan Artalyta. Kemas membenarkan pembicaraan seputar penghentian perkara Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI) milik Sjamsul Nursalim dengan Artalyta.
Demikian diberitakan Suara Karya
Coba deh analisa sendiri atau kasih komentarnya biar jadi konglomerat juga.
2 Tanggapan ke "Kasus BLBI; ibarat rugi jual bawang untung jual terasi"

Yang bener aja pak, mana ada konglomerat yang mau bekerjasama menegakkan hukum kalau dia sendiri yang korup…paling dia kabur di akhirat

Juli 4, 2008 pada 3:43 pm
tulisan bagus biar para pejebat berpikir lurus kalau tidak ingin ditangkap KPK. Demikian juga dengan para penegak hukum agar benar benar menjalankan tugas dan fungsinya.