SBY ngetop, mestinya popularitas JK naik juga.
Posted Oktober 25, 2008
on:Polling dukungan untuk SBY bertengger diposisi puncak, konon mencapai 32% dalam satu bulan terakhir. Logikanya, dukungan responden berakar pada tingkat kepercayaan dan sangat lekat dengan kinerja pemerintahan SBY-JK. Sejauhmana kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah melaksanakan amanah rakyat tergambar pada hasil polling yang biasa ditampilkan berbagai lembaga survey.
Hasil survey menjadi faktor penting untuk menarik simpati guna meningkatkan dukungan masyarakat selanjutnya dalam konteks Pemilu dan Pilpres 2009. Data data ini mempunyai nilai politis dan sekaligus nilai komersial guna mengatur strategi kampanye lebih jauh.
Tetapi hampir setiap polling group selalu hanya menampilkan SBY saja. Seolah olah keberhasilan kinerja pemerintah yang kemudian mendorong popolaritas, merupakan kerja SBY sendirian. Padahal jika kinerja buruk maka yang tampil dalam publikasi media masa adalah duet SBY-JK. Sejatinya kalau memang kinerja bagus tentu merupakan prestasi bersama, popularitas bersama gitu baru namanya fair.
Postingan ini bukan bermaksud membicarakan tentang fair atau tidak. Tetapi mengenai poin dukungan itu tadi. Saya yakin tidak ada maksud SBY untuk meraup sendiri popularitas dari hasil kerja bersama JK memimpin Kabinet melaksanakan program mensejahterakan rakyat. Hal itu dapat ditangkap dari sinyal keinginannya untuk tetap menggandeng JK sebagai Cawapres manakala dia maju untuk Pilpres 2009.
Namun tak urung sinyal tersebut membuat sebagian kader Partai Golkar terperangkap putusan emosionalnya sendiri. Kader Partai Golkar membuat langkah yang berakibat perpecahan semakin nyata. Hal itu tergambar dari jalannya Rapimnas Partai Golkar pada 18-20 Oktober lalu.
Permasalahan mugkin terletak pada format pooling yang menempatkan figur tungal sebagai target. Sementara sitem pencalonan tidak mengacu kepada paket satu partai seperti di Amerika Serikat. Opini yang dibangun melalui poin dukungan responden berformat tunggal sementara jalan pikiran responden didasari parimeter kebehasilan kerja bersama.
Denga kata lain persentasi dukungan yang ditampilkan merupakan poin olahan yang tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Jadi maksudnya, apabila poin dukungan tersebut menjadi patokan strategi kampanye maka terdapat kemungkinan kekeliruan dalam menentukan presentasi target upaya pemenangan dalam Pilpress 2009 mendatang.
Tinggalkan Balasan