Archive for November 11th, 2008
“…ada upaya lain yang lebih mulia karena merupakan implementasi dari falsafah kehidupan bernegara yaitu laksanakan azas musyawarah mufakat, sebagaimana digariskan Pancasila”.
Dari banyak peristiwa Pilkada di berbagai daerah penjuru tanah air selalu ada penomena protes dengan tuduhan telah terjadi kecurangan. ” kami akan tempuh jalur hukum” begitulah sering diucapkan politisi semua tingkatan baik lokal maupun nasional. Ungkapan yang diucapkan dengan penuh pe-de.
Sadar tidak sadar, jalur hukum ditempuh setelah timbul konflik. Proses pilkada hampir selalu berujung pada konflik horizontal yang kontra produktif bagi kehidupan berbangsa. Dari realitas ini kita bisa membayangkan betapa menyedihkannya manakala konflik horizontal terjadi dalam konteks Pilpress 2009. Konflik yang akan sangat fatal apabila menyulut disintergrasi bangsa.
- Di: essay | folklore | Opini | story
- 81 Comments
Kemaren, hari Minggu 09 Nopember 2008 saya diminta untuk memberikan kata sambutan untuk acara pernikahan anak seorang sahabat yang sudah seperti saudara sendiri. Dengan demikian anaknya yang akan menikahpun sudah seperti anak sendiri. Jadi saya diminta untuk memberikan kata sambutan atasnama beliau dan keluarga.
Ternyata saya gelagapan juga karena tidak begitu siap, meskipun saya sudah sering menjadi saksi dalam acara ijab kabul tetapi untuk berpidato, memberikan kata sambutan pada acara pernikahan belum pernah. Beranjak dari pengalaman galagapan ini saya mencoba membuat teks pidato kata sambutan. Teks sengaja dibuat tidak berpanjang panjang agar audiens tetap fokus kepada pasangan mempelai.
Barangkali diantara teman teman, tante, oom, pak cik, pak de, paman, julak, adik adik..yang secara dadakan butuh teks kata sambutan untuk acara pernikahan. Silahkan copy dan paste…dan tambahkan sesuai kebutuhan. Semoga bermanfaat.
Teksnya ada dihalaman berikut. Terima kasih telah mampir di blog ini.
Baca entri selengkapnya »
Komentar Terbaru